Welcome to my blog

Blog ini merupakan journal saya dan akan saya post mengenai science, travelling, makanan/pangan dan sudut pandang saya terhadap sesuatu.

Science

Untuk tag ini saya akan nge-post mengenai science yang sedikit banyak saya pahami khusus nya perikanan.

Food

Untuk tag ini saya akan nge-post mengenai makanan (pangan) secara umum dan menyeluruh seperti diversifikasi dan keamanan pangan.

Travelling

Untuk tag ini saya akan nge-post mengenai saya akan memposting pengalaman-pengalaman travelling seru saya :).

Viewpoint

Untuk tag ini saya akan nge-post mengenai saya akan memposting opini saya untuk hal-hal yang terjadi disekitar saya.

Minggu, 27 November 2016

Melirik Potensi Penyamakan Kulit Dari Limbah Perikanan

Industri penyamakan kulit sudah tidak asing lagi di Indonesia. Industri penyamakan kulit di Indonesia sudah sangat berkembah, terutama penyamakan dengan bahan baku menggunakan kulit hewan tererterial seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Kuilt hasil penyamakan kemudian diolah lebih lanjut menjadi produk-produk yang beragam seperti halnya sepatu, tas, hingga jaket.

Indonesia sendiri masih kekurangan pasokan bahan baku kulit, hal ini dapat dilihat dari data impor kulit indonesia. Pada tahun 2011, total impor kulit ke Indonesia mencapai 4.522,20 dalam ribu US dolar (Kemenperin 2013). Berdasarkan fakta tersebut sudah seharusnya pemerintah mengantisipasi permasalah ini. Salah satu alternatifnya adalah menggunakan limbah dari kulit ikan kambing-kambing.

Ikan Kambing-kambing di sentra pengolahan ikan asin Lampulo - Banda Aceh
Ikan kambing-kambing salah satu primadona hasil tangkap di provinsi Aceh. Data dari KKP (2011) menyebutkan hasil tangkapan ikan kambing-kambing (jenis lainnya) mencapai 19.367 ton pada tahun 2011. Ikan kambing-kambing merupakan salah satu jenis ikan karang. Pemanfaatannya ikan ini hanya diambil dagingnya untuk diolah menjadi bakso, siomay dan dendeng sedangkan kulit langsung dibuang karena memiliki tekstur yang sangat keras dan tidak bisa diolah menjadi bahan makanan. Tekstur yang keras dan bermotif inilah yang menjadikan kulit ikan kambing-kambing berpotensi dijadikan sebagai bahan baku penyamakan kulit.

Proses tanning selama penyamakan kulit
Penyamakan kulit menggunakan kulit ikan sudah berkembang diluar negeri seperti benua Eropa. Negara di Eropa yang telah mengembangkan penyamakan kulit ikan salah satunya Finlandia. Finlandia melalui program Uni Eropa telat mengembangkan penyamakan kulit untuk masyarakat pesisir agar dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Eropa masih sangat berprospek besar  untuk membangun industri penyamakan ikan, beberapa produk yang berhasil diproduksi adalah tas dan handycraft seperti pada gambar 1. Proyek penyamakan kulit bagi penduduk pesisir Finlandia berhasil, dikarenakan dapat membuka lapangan kerja full-time yang baru serta memperoleh penghasilan tambahan dari program ini.
Tas kulit ikan UMKM Finlandia

Tas kulit ikan UMKM Finlandia
Reference
1.Kemenperin. 2013. Perkembangan Impor Komoditi Hasil Industri dari Negara Tertentu. http://kemenperin.go.id/statistik/query_komoditi.phpkomoditi=skin&negara=&jenis=i&action=Tampilkan [28 Nov 2016].
2.KKP. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Vol 12, No 1. Jakarta: KKP.
3.European Commission. 2013. Tanning of Fish Skin – FLAG Osterbotten.https://webgate.ec.europa.eu/fpfis/cms/farnet/tanning-fish-skinflag%C3%B6sterbot ten-fi [25 Desember 2013].

Rabu, 23 November 2016

Bahaya Cemaran Limbah dan Potensi Mikroalga Sebagai Absorbennya

Limbah cair
Limbah merupakan momok yang sangat menakutkan bagi kehidupan alam kita. Seperti kita ketahui, aktifitas industri sering kali menghasilkan limbah yang terkontaminasi logam berat didalamnya. Air limbah ini nantinya bermuara ke danau, waduk hingga laut melalui sungai-sungai sehingga akan mencemari lingkungan khusus nya sumber air bagi kita manusia.

Beberapa tahun belakangan ini pencemaran limbah logam berat oleh industri telah menjadi masalah yang cukup serius bagi kita. Bagaimana tidak ?, limbah sangat berpotensi menjadi racun (logam) yang merusak lingkungan ini nantinya akan terakumulasi dan masuk dalam rantai makanan. Banyak kasus yang sudah terjadi dan terbukti menjadi racun bagi flora dan fauna.

Jenis logam yang terkandung dalam limbah industri maupun rumah tangga umumnya timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Chang pada tahun 2011, terbukti kedua logam ini tergolong dalam kategori sangat berbahaya. Efek yang ditimbulkan oleh timbal misalnya kerusakan ginjal tulang serta sendi. Keracuan timbal akut ini disertai gejala kram perut, gagal ginjal, kemandulan hingga kerusakan otak permanen.

Mengingat begitu bahayanya efek cemaran limbah ini, tentunya kita harus concern betul untuk malasah ini. Saat ini penganggulangan limbah bahaya dilakukan dengan cara konvensional. Sial nya, metode ini banyak kelemahnya. Beberapa kelemahan seperti yang diutarakan oleh Pan (2009) dalam penelitiannya, metode konvensional ini tidak bisa diterapkan dalam kasus cemaran denan konsentrasi kecil dan biaya operasional yang mahal. Kondisi ini menggerakkan peneliti untuk mencari alternatif-alternatif metode lain seperti biosorpsi menggunakan mikroalga.

Biosorpsi

Biosorpsi dalam prosesnya menyatukan entitas biologi dengan proses fisiko-kimia dalam penyerapan. Lebih dalamnya, biosopsi dari ion logam adalah proses akumulasi logam dengan memanfaatkan metabolisme. Hasil penelitian yang dilakukan Kotrba pada tahun 2011 mekanisme biosorpsi dilakukan dengan mengumpulkan logam-logam didinding sel polisakarida. Untungnya, biosorpsi ini dapat dilakukan pada biomassa hidup maupun mati.

Alur biosorpsi

Mikroalga sebagai biosorben

Mikroalga jenis Chlorella sp
Mikroalga air tawar memiliki potensi yang sangat besar sebagai biosorben. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suresh pada tahun 2004 terbukti mikroalga memiliki kesitimewaan yang menjadikan mereka sangat potensial untuk dijadikan biosorben untuk menghilangkan cemaran logam berat seperti toleran terhadap cemaran, mampu tumbuh pada autotropikal dan heterotropikal, memiliki permukaan yang besar serta yang paling penting mikroalga ini potensial untuk direkayasa genetiknya. Kelebihan lainnya, mikroalga merupakan produsen primer dalam sistem ekologi, sehingga jumlahnya sangat banyak dialam serta distribusinya sangat luas. Selain itu dalam penelitan yang dilakukan Lee pada tahun 2011, mikroalga yang telah digunakan untuk absorpsi dapat dilakukan desorpsi dengan mudah, artinya mudah untuk direcycle dan re-use.

Reference
1. Lee dan Chang (2011). DOI:10.1016/j.biortech.2010.12.103
2. Pan (2009). DOI:10.1016/j.jhazmat.2009.06.080
3. Kortba (2011). DOI:10.1007/978-94-007-0443-5_13
4. Suresh (2004). DOI:10.1080/07388550490493627